Tiba-tiba debaran itu muncul lagi dengan sendirinya, ketika dia datang lalu
menghampiriku dengan senyuman yang pernah ku lupakan sebelumnya.
“Din?”
Panggilnya
Suara
itu? Aku sangat..sangat..sangat merindukannya, dan mungkin lebih dari sekedar
kata rindu. Suara itu lah yang aku sukai, suara itu pula yang aku tunggu sejak
kejadian itu ada. Aku pun hampir meneteskan buliran air mata ini. Entahlah,
saat itu aku seperti tidak bernyawa. Dan
saat itu juga aku berkata pada diriku sendiri “Apa aku bermimpi? Atau ini hanya
angan dan imajinasiku?”
Kedua
kakiku langsung terhenti saat suara itu terdengar di kedua telingaku. Jujur,
saat itu aku ingin berbalik dan berlari untuk menggenggamnya dan memeluknya.
Tapi aku sadar, bahwa suara itu keluar dari Orang yang pernah menyayangiku lalu
menyakitiku.
Amarah
itu muncul seketika, Bahkan ketika kedua mataku bertemu dengan kedua matanya.
Aku masih terdiam tanpa senyuman. Padahal aku sudah berjanji jika aku bertemu
dengannya, kapan pun dan dimana pun itu aku akan tersenyum untuknya. Tapi aku
sudah mengingkari janjiku sendiri. Maaf.
“Din,
aku mau ngomong sama kamu?” Ucapnya
Aku
hanya menatapnya, Seseorang yang ada di depanku adalah orang yang pernah aku
rindukan, orang yang pernah menjadi sebab dari tangisku, orang yang pernah aku
lupakan, dan orang yang pernah menyakitiku lalu meninggalkanku begitu saja.
Mungkin
kali ini, aku akan menutup mulutku. Aku tak ingin berbicara dengannya. Dan aku
tak ingin mengeluarkan suara hanya untuk menyakiti diriku sendiri dan juga akan
menyakitinya. Aku tak ingin berbicara dengannya untuk masa laluku. Masa lalu
yang pernah menyakitiku. Aku tak ingin mengingatnya untuk yang kesekian
kalinya.
“Cukup
jauhi aku, dan anggap semuanya baik-baik saja. Karena itu jauh lebih baik
untukku. Maaf” Ucapku dengan mata yang berkaca-kaca. Dengan cepat aku berbalik
dan pergi meninggalkannya. Dengan buliran air mata yang terus menetes. Goresan
luka itu masih ada di sini, dan akan membekas sampai nanti.
Aku
ingin melupakannya, menjauhinya, membencinya. Tapi, Jujur aku ingin mengatakan
bahwa aku masih menyayanginya sampai saat ini.
“Aku
memaafkannya, namun aku tak kan membiarkannya untuk menyakitiku lagi.”