Sabtu, 04 Juli 2015

hai..

hai, apa kabar masa laluku?
sudah lama aku tidak bertemu dengannya
aku sudah berkelana jauh dari yang kamu tau
jejak kaki lamaku masih bisa kau lihat kah?
jejak kaki yang mengisyaratkan keraguan untuk melangkah,
Kini benar-benar melangkah jauh tanpa arah
Mungkin aku tersesat,
sungguh aku ingin kembali saja
tapi disaat aku menoleh kebelakang, jalan itu sudah berbeda
jalan yang kulalui itu tidak nampak lagi
yang kulihat sekarang hanyalah jalan yang berada di depanku
entahlah..
aku tidak tau harus kemana,
yang ku tau aku hanya melangkah, berjalan dan terus berjalan
hanya itu yang bisa kulakukan.

Selasa, 27 Mei 2014

Kehadirannya ??



Tiba-tiba debaran itu muncul lagi dengan sendirinya, ketika dia datang lalu menghampiriku dengan senyuman yang pernah ku lupakan sebelumnya.
“Din?” Panggilnya
Suara itu? Aku sangat..sangat..sangat merindukannya, dan mungkin lebih dari sekedar kata rindu. Suara itu lah yang aku sukai, suara itu pula yang aku tunggu sejak kejadian itu ada. Aku pun hampir meneteskan buliran air mata ini. Entahlah, saat itu aku seperti  tidak bernyawa. Dan saat itu juga aku berkata pada diriku sendiri “Apa aku bermimpi? Atau ini hanya angan dan imajinasiku?”
Kedua kakiku langsung terhenti saat suara itu terdengar di kedua telingaku. Jujur, saat itu aku ingin berbalik dan berlari untuk menggenggamnya dan memeluknya. Tapi aku sadar, bahwa suara itu keluar dari Orang yang pernah menyayangiku lalu menyakitiku.
Amarah itu muncul seketika, Bahkan ketika kedua mataku bertemu dengan kedua matanya. Aku masih terdiam tanpa senyuman. Padahal aku sudah berjanji jika aku bertemu dengannya, kapan pun dan dimana pun itu aku akan tersenyum untuknya. Tapi aku sudah mengingkari  janjiku sendiri. Maaf.
“Din, aku mau ngomong sama kamu?” Ucapnya
Aku hanya menatapnya, Seseorang yang ada di depanku adalah orang yang pernah aku rindukan, orang yang pernah menjadi sebab dari tangisku, orang yang pernah aku lupakan, dan orang yang pernah menyakitiku lalu meninggalkanku begitu saja.
Mungkin kali ini, aku akan menutup mulutku. Aku tak ingin berbicara dengannya. Dan aku tak ingin mengeluarkan suara hanya untuk menyakiti diriku sendiri dan juga akan menyakitinya. Aku tak ingin berbicara dengannya untuk masa laluku. Masa lalu yang pernah menyakitiku. Aku tak ingin mengingatnya untuk yang kesekian kalinya.
“Cukup jauhi aku, dan anggap semuanya baik-baik saja. Karena itu jauh lebih baik untukku. Maaf” Ucapku dengan mata yang berkaca-kaca. Dengan cepat aku berbalik dan pergi meninggalkannya. Dengan buliran air mata yang terus menetes. Goresan luka itu masih ada di sini, dan akan membekas sampai nanti.
Aku ingin melupakannya, menjauhinya, membencinya. Tapi, Jujur aku ingin mengatakan bahwa aku masih menyayanginya sampai saat ini.
“Aku memaafkannya, namun aku tak kan membiarkannya untuk menyakitiku lagi.”